Tuesday, April 21, 2009

Suatu pagi di Poso


Suara-suara air masih saja menderu mengisi senyapnya hutan lepas malam, kabut menyerbu menutupi pepohonan bagai asap yang sebentar mampir. Perlahan hilang saat sinar mentari menginterupsi. Dinginpun masih membekas di kulit, terlebih dua gayung air melumuri tubuh atas nama mandi, jauh dari komprehensif.
Jalanan sepi itu mulai nampak seorang per orang melewati jalan menuju tugasnya masing-masing. Berbaju oranye, helm putih dan sepatu boots dengan sebatang rokok di tangan berulang setiap hari yang berganti. Wajah-wajah kusam itu masih saja tekun maraup rupiah di tengah proyek di entah berantah. Tak peduli tengah rimba, tak jadi soal tengah samudera, mereka kan berbondong dengan riang.
Meski berlipat guratan di dahi menanda ada yang mengusik hati. Anak isteri yang tak nampak oleh mata, bilangan usia yang semakin menanjak bertanya akan sampai kapan ini dilalui?
Hmmm....tak bisakah aku tenang bersama-sama keluargaku tanpa kekurangan rupiah?
Menjadi orang pertama yang dilihat isteri ketika bangun di pagi hari
Menjadi teman yang selalu ada disetiap rengekan anak
Menjadi pendengar dari setiap kesah
Hmmm...
Kenyataannya, aku masih disini
Di tengah hutan yang sendiri
(faruq)

2 comments:

  1. Krja di poso ya Ruq? Jadi pejabat?;>

    ReplyDelete
  2. ada proyek PLTA disana, jadi kadang aku kesana. kalo base kerjaku di jakarta.

    ReplyDelete