Tuesday, April 21, 2009

Bismillah

Kesuksesan itu menjadi satu keinginan yang menggebu di setiap saat. Mendesak menjadi kebutuhan yang harus diselesaikan karena waktu tak akan berhenti untuk menunggu kita mempersiapkan apa yang menjadi kebutuhan untuk meraih kesuksesan. Artinya waktu itu berjalan seiring dengan cita-cita, usaha sampai nanti apakah kesuksesan itu yang kita raih atau sebaliknya. Kita dituntut untuk bisa berangan menetukan tujuan, belajar apa yang diperlukan untuk meraihnya, dan mewujudkannya, dalam satu waktu yang berjalan lurus (kalau benar waktu itu lurus).
Berhenti kita pada satu proses? Waktu tak mau tahu, ia akan terus berjalan meninggalkan kita yang terseok, tertatih, menjerit dan akhirnya meledaklah otak kita menjadi serpihan-serpihan kecil tak bermakna. Aku ingin berteriaaaaakkkkkk!!!!!!
Waktuuuuuuuuuuuuuuuu, berhenti!!!! Apa kau diciptakan Tuhan tanpa perasaan??? Apa kau hanya mampu berjalan tanpa peduli dengan siapa yang kau lintasi? Berapa juta orang yang kau seret dari masanya? Melemahkan otaknya, mengaburkan penglihatanya, dan melipat keras kulitnya? Tahukah kau???
Aku hanya ingin kau mengiringiku sepelan diriku mampu memahami arti kehidupan, ilmu dan dirimu. Aku menjadi frustasi hilang kendali karena kau melesat terlalu cepat. Padahal aku harus sampai di sana sama sepertimu. Atau….inikah diriku yang disebut manusia? Lemah, terbatas dengan otak yang tidak semakin cerdas jika melihatmu? Berapa belas tahun waktu yang ku habiskan hanya untuk memahami bahwa aku harus punya tujuan? Berapa ribu jam, ratusan buku, dan ulangan suara-suara dari dalam kelas ilmu pengetahuan, hanya untuk mengerti perihal benda jatuh, gerak parabola, konversi energi dan entah apa lagi yang akan ditulis oleh manusia? Tapi begitu aku mulai sedikit mengerti, kau sudah meninggalkanku dalam pergantian abad.
Aku hanya ingin merebahkan tubuhku sejenak, memejamkan mataku, dan membelai pikiranku dalam kesejukan. Air yang menetes dari ujung-ujung daun mengalir melalui urat-urat syarafku menarik kotoran-kotoran yang sudah lama mengendap, membersihkannya dan membuangnya keluar. Hingga saat ku buka mataku, ku lihat mentari yang menari dengan rintik hujan menggoreskan pelangi memberi warna dalam hidup (ku). Setelah itu, kakiku akan melangkah seringan angin mengantarkan dedaunan pada tujuan. Saat demikian, aku tak peduli lagi dengan waktu yang entah telah sampai pada belahan bumi mana. Sebab, telah ku temukan jalanku, ku lihat pintu citaku, ku buka dan akhirnya ku rasakan kesuksesanku bersama ridha Illahi. “Iyyaka na’budu, Wa iyyaka nasta’iin…………” Ya Allah, ampunilah dosaku.

No comments:

Post a Comment