Sunday, April 19, 2009

Lima


Kita hanya berjalan menurut apa yang telah ditentukan, meskipun tetap tidak tahu ke arah mana yang seharusnya dan sebaiknya melangkah. Tapi Ia telah menunjukkan tanda-tanda itu dan kita mencernanya dalam keseringan salah karena nafsu bersemayam tenang di diri kita, dan dengan cara itulah kita hidup.
Hidup adalah taqwa, hidup adalah menjalankan apa yang tidak semuanya kita suka dan menjauhi apa yang sebagian besar kita ingini.

Dua kalimat identitas terpatri di dalam hati sebagai wujud maknawi guna melanjutkan langkah dalam waktu lima yang tak jarang terabai.
Pun penahanan diri hanya berlangsung dalam satu dari dua belas yang dijalani. Kekeliruan dan ketidakbeneran menjadi sistem beraneka rupa dan melesat bak kuadrat kecepatan cahaya menyeret norma-norma, memberai dahsyat dalam bentuk energi. Ya,energi ketidakbetulan. Terkultuskan menjadi madzhab ke seratus sekian dalam jamaah edaniyah.
Gelimangan dua setengah persen koin tertahan di tangan menampar wajah-wajah fakir membusuk dalam kemelaratan di kaki-kaki kemegahan.

Pun penguasa alam tetap menjatuhkan mata airnya, terserap butiran-butiran dan terangkat oleh tunas-tunas kehidupan, termakan dan mengendap dalam darah mengalir melalui siklus menyampaikan pesan ke-mahluk-an pada pusat tata diri. Tersadar, tertunduk segaris lutut dan bersimpuh di rumah-Nya bersama orang-orang bumi dalam ihram sebagai bukan siapa-siapa selain milik-Nya.

No comments:

Post a Comment