Thursday, December 3, 2009

HUJAN AIR

“Kesempatan telah dilalui....pun saat hujan kembali mereda, dan dunia nampak lebih cerah dari biasanya...”

Berhelai rambut yang tertiup menggores pipi putih, mata oriental memandang kejauhan berharap sesuatu kan datang. Udara semakin berisik saat awan gelap mulai mengayom, dingin menjadi hal yang lebih dulu ada mendekap bahu yang terbuka sebelah. Bibir tipis mulai tergigit mengerling mata ke segala arah, tersentak suara petir yang membahana.....yang dinanti belum juga tiba.
Kegelisahan merayap ke sekujur tubuh, dan kerutan halus mulai nampak di kening.....”cupp!” setetes hujan menciumnya diikuti rentetan berikutnya, semakin beringas oleh gairah yang lama terendap. Sang mata oriental tersenyum....memejamkan mata, menengadahkan kedua tangan dan wajah dan berputar riang diiringi tawa-tawa kecil.
“Ah, kenapa kau lama sekali?” tanyanya tanpa meninggalkan lesung pipit yang tersungging.
“Maafkan aku...” Jawabnya
“Kau pikir aku senang ditemani awan yang selalu muram dan petir yang tak pernah bersuara pelan? Aku telah menantimu berminggu-minggu sampai entah kapan terakhir kali kita bicara.”
“Maaf,...”
“Ah, lupakan maafmu....Apa ceritamu hari ini?”
“Tak ada cerita.”
“Kau masih saja malu bicara, padahal kita sudah puluhan tahun kenal.”
“Kau masih kecil waktu itu...”
“Dan sekarang.....???” tanya sang mata oriental yang tak lagi berputar-putar.
“Hmm....”
“Eh, kau terasa lebih hangat hari ini. Ada yang berbeda?”
“Tidak, masih seperti biasanya. Air bersih, air setengah bersih, air setengah kotor dan air kotor semua bercampur di diriku. Aku tak bisa memilihnya, tak seperti kamu yang diberi kesempatan untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk.”
“Tapi, kau tak pernah memberikan sisi burukmu pada alam ini, kecuali dampak dari kelebihan berat badanmu yang bisa menyebabkan banjir. Kau tak pernah menumpahkan dirimu dalam bentuk comberan, hampir semua manusia bisa menerimamu, termasuk diriku.”
“Ah,....”
“Kau juga selalu lurus, tak pernah berbelak-belok dalam bersikap seperti kebanyakan manusia, yang ada hanya kadang kau condong kesana atau kesini, tapi arahmu selalu lurus.”
“Hmm..kau masih kecil waktu itu...”
“Lalu..?”
“Lalu...aku musti mengakhiri obrolan kita kalau kau tak kenakan payungmu.”
“Kau ingin aku menghindarimu?”
“Aku ingin agar aku tak terlalu dalam menyentuhmu. Lihat... tak ada rongga diantara kulit dan bajumu, sekarang telah menyatu olehku. Air yang terserap oleh kain yang kau kenakan telah menampakkan keindahanmu, keindahan yang sebagian besar orang berani membayar berapapun.”
“Kau tidak...?”
“Tak ada lagi yang bisa ku tawarkan, karena aku adalah penyusun sebagian besar dirimu...”
[Dec 02, 2009]

No comments:

Post a Comment