Sunday, April 19, 2009

Sang Angsa



Embun-embun tertahan di permukaan daun
perlahan menguap seiring bangunnya mentari
berganti hangat dalam keceriaan pagi
sang angsa perlahan menceburkan diri ke danau
menyapa panarik rakit
"apa kabar hari ini?" sapanya
"kabarku hari ini agak berbeda dengan kemarin hari." jawab panarik rakit
"apa yang berbeda wahai perakit?"
"karena hari ini aku lebih merasakanmu, dan akan selalu bertambah setiap harinya."
"mengapa kau selalu merayuku?"
"jika itu bukan kesalahan, maka aku akan terus melakukannya."
"lalu bagaimana dengan aku?
"kau boleh mendengarkanku."
penarik rakit terus mengayuh....melintasi riak-riak kecil danau
menghirup aroma pohon pinus yang menjulang berjajar mengelilingi danau
"mengapa kau begitu yakin?" tanya sang angsa lagi
"aku hanya percaya dengan apa yang kuinginkan."
"bagaimana jika sebaliknya?"
"keinginan itu ada karena saat ini belum ada, dan apa salahnya kita kembali pada kebelumadaan itu."
"sia-sia?"
"tidak, karena aku masih bisa punya ingin."
"kau mencintaiku?"
"menurut pesan hatiku seperti itu."
"sangkar emas telah menantiku."
"ku tawarkan rakitku yang reot ini untuk menggantinya."
"lebih baik?"
"aku berharap nyaman."
"ke-belum-pastian."
"apa yang pasti selain ketidakpastian itu sendiri."
"kau hanya pandai berbicara!"
"itu menyampaikan pesan hatiku, tapi aku akan diam jika ku menginginkannya.
aku tak akan bersuara jika kau mampu mendengarnya"
"aku tidak mampu."
"maka ijinkan aku bicara."
"aku takut, kalo semakin lama kau bicara, aku semakin sulit berpaling dari....mu"
"maka, kita mulai saja ceritanya!"jawab penarik rakit menjauh dari sang angsa.

No comments:

Post a Comment